Welcome to my blog!!!
Hehehe... sepertinya kata – kata ini terlalu pasaran
yah?? Soalnya udah berulang kali dibilanginnya.. hegehege...:D
Okokok.. langsung to the point aja. Untuk postingan kali
ini, saya akan menampilkan mengenai keindahan alam Sulawesi Tengah.:) yaaaa...
untuk kesempatan pertama saya akan menampilkan mengenai Kabupaten Morowali. Ada
beberapa alasan yang membuat saya untuk memilih kabupaten ini.. (kalo mau tau
tanya sendiri aja sama orangnyee.. igiyege??)
Okk.. not take a long time, lets cekidott...
Morowali adalah salah satu kabupaten yang berada di
daerah Sulawesi Tengah yang merupakan hasil pemekaran wilayah dari Kabupaten
Poso. Konon, kata Morowali berasal dari bahasa Suku Wana yang
berarti gemuruh. Penggunaan kata Morowali juga merujuk pada tempat tinggal Suku
Wana yang berdiam di sekitar daerah aliran Sungai Bongka di pedalaman Bungku
Utara, Kabupaten Morowali. Morowali kemudian diabadikan sebagai nama daerah
tempat di mana Suku Wana bermukim. (www.alchairaat.8m.net).
Tak banyak yang mengetahui bahwa ternyata Kabupaten
Morowali menyimpan begitu banyak keindahan alam yang sangat sayang untuk
dilewatkan. Salah satunya adalah cagar alam Morowali yang mempunyai luas 225.000 hektare. Lahan seluas itu
berdasarkan perincian keliling total sepanjang 265,84 kilometer yang terdiri
dari batas alam sepanjang 36,36 kilometer, batas buatan sepanjang 229,48
kilometer, dan jumlah tapal batas sebanyak 3.197 buah (http://id.wikipedia.org).
Wilayah Cagar Alam Morowali meliputi pulau-pulau yang terdapat di kawasan
teluk, kawasan dataran rendah, dan daerah pegunungan dengan ketinggian mencapai
2.421 meter.
Begitu menginjakkan kaki di tanah Morowali, pandangan
mata Anda akan disegarkan oleh megahnya hamparan pepohonan yang berdiri gagah
di tepi sungai-sungai besar. Saat Anda menolehkan penglihatan ke arah lain,
indahnya hamparan padang ilalang, danau-danau kecil yang tergenang, dan gugusan
pegunungan Tokala yang berdiri angkuh, dijamin akan membuat Anda takjub. Cagar
Alam Morowali memang menawarkan tipe ekosistem botani yang lengkap. Jenis hutan
yang ada di dalamnya cukup beragam, dari hutan pantai, hutan mangrove, hutan
alluvial dataran rendah, hutan lumut, hingga jenis hutan pegunungan (www.infokom-sulteng.go.id).
Selain aneka-rupa flora yang mempesona, di Morowali Anda
juga dapat menikmati kehidupan fauna yang tidak kalah komplit. Dari jenis
mamalia, Morowali menjadi habitat yang tepat untuk hewan-hewan menyusui khas
Sulawesi, seperti anoa, babirusa, kera, kus-kus beruang, babi hutan, rusa,
musang abu-abu, serta beberapa jenis dari keluarga kelelawar dan kalong. Cagar
Alam Morowali juga memiliki jenis burung yang paling representatif. Berdasarkan
habitatnya, burung-burung di Morowali dibagi ke dalam 2 kelompok, yaitu
burung air/laut dan burung darat. Jenis burung laut/air di antaranya adalah
elang laut paruh putih, belibis, itik pohon, itik liar, pecuk ular, cangak merah, dan lain-lain (www.ditjenphka.go.id).
Sedangkan yang termasuk ke dalam jenis burung darat antara lain
burung maleo, butbut, raja udang, rangkong badak, rangkong sulawesi, yove, buta, burung hantu, jiokaka,
katio, keli, vae, sipili, pinski, dan burung gosong (www.ditjenphka.go.id). Jika beruntung, Anda dapat menemukan kawanan
burung gosong yang unik di sekitar sungai atau lembah. Namun, Anda juga tetap
harus waspada karena di beberapa titik di lokasi Cagar Alam Morowali merupakan
habitat asli beberapa jenis hewan reptil yang masih liar, seperti bengkarung,
ular sanca atau ular piton, ular rumput, ular hijau kepala segitiga, soa-soa,
biawak, serta kura-kura (www.infokom-sulteng.go.id).
Selain sebagai tempat rekreasi yang menyajikan kekayaan flora dan
fauna, Cagar Alam Morowali juga menawarkan sejumlah kegiatan lainnya, antara
lain:
- Penelitian, terutama di bidang biologi,
ekologi, geologi, dan kehidupan sosial budaya. Beberapa penelitian yang
telah dilakukan di Morowali di antaranya adalah penelitian mengenai sistem
perladangan berpindah dan cara perburuan yang dilakukan Suku Wana.
- Pendidikan, yakni dengan melakukan proses
pengenalan tumbuh-tumbuhan, pembinaan cinta alam, serta pendidikan kader
konservasi.
- Pendakian, antara lain dengan kegiatan
pendakian di beberapa gunung yang terdapat di Morowali, misalnya Gunung
Tambusisi yang memiliki ketinggian sekitar 2.422 meter, Gunung Morowali
dengan tinggi 2.280 meter, gunung berpuncak kembar yakni Gunung Tokala
yang mempunyai ketinggian hingga 2.630 meter (www.infokom-sulteng.go.id).
Di Morowali, Anda dapat menyaksikan dan bahkan terlibat dalam
kehidupan sehari-hari Suku Wana secara langsung. Suku Wana terkenal dengan
kebiasaan berburu babi hutan, rusa, dan babirusa. Orang-orang Suku Wana juga
memiliki sistem perladangan gilir balik atau berpindah-pindah. Mereka menebang
dan membakar sedikit areal hutan yang kemudian digarap untuk berladang selama
1-2 tahun. Kemudian, areal itu ditinggalkan dengan maksud mengembalikan
kesuburan tanahnya (www.fkkm.org). Warga Suku Wana yang belum mengenal kehidupan
modern ini menetap di sejumlah desa, terutama yang terletak di sekitar Lembah
Sobuku dan Kayu Merangka, antara lain di Desa Posangke, Desa Kayupoli, Desa
Uwewaju, Desa Ratobae, Desa Sangkoe, dan Desa Langada.
Karakteristik budaya “Masyarakat
Adat Wana” menawarkan
persentuhan alami yang sungguh-sungguh eksotis. Selama ini Masyarakat Adat Wana
menjadi salah satu target kunjungan wisatawan asing dan lokal. Kesederhanaan
dan cara pandang tentang alam (pengale) menyebabkan mereka masih memegang teguh
adat istiadat. Tersebar dalam wilayah mukim di Posangke, Kayupoli, dan
Kajumarangka dengan kemampuan mobilitas luas (peladang berpindah dengan sistem
rotasi), memiliki seni yang tinggi dalam wujud kerajinan rotan, seni membuat
sumpit sebagai alat berburu dengan budaya hidup berupa Momago dan Momata yang
terpelihara baik hingga sekarang.
Selain Suku Wana, suku-suku lainnya yang mendiami wilayah Morowali
di antaranya adalah Suku Mori, Bungku, Bugis, Kaili, dan suku-suku pendatang
yang saling membaur satu dengan yang lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari,
masyarakat Morowali mempunyai aktivitas beraneka ragam, namun matapencaharian
mereka yang dominan adalah sebagai nelayan dan petani.
Sajian menarik yang bisa Anda nikmati di kompleks Cagar Alam
Morowali belum habis sampai di situ. Masih banyak obyek wisata lain yang dapat
Anda temui di Morowali, salah satunya adalah Teluk Tomori yang menyajikan
pesona wisata taman laut dengan batu payung sebagai ciri khasnya. Ada juga Gua
Tapak Tangan yang terletak di Desa Tapahulu dan Ganda yang konon terkait erat
dengan legenda Sawerigading (www.infokom-sulteng.go.id).
Potensi Teluk Tomori juga menjadi andalan utama dimana
pantai dan gugusan pulau-pulau menawarkan keindahan khas wisata bahari. Pantai
Kolonodale dengan perairan laut yang tenang karena gugusan pegunungan disertai
kitaran pemukiman penduduk menjadi pemandangan tersendiri dalam melihat
dinamika sosial budaya masyarakat Kolonodale. Belum lagi pulau-pulau dengan
pantai pasir putihnya yang mencuap ditengah gelombang laut. Hamparan mangrove
serta jajaran pemukiman nelayan seperti dipulau Tokonanaka, Lapangga, Tanjung
Tante, Tanjung Poso, Kosa dan Gililana, gugusan karst yang berdiri kokoh
ditengah laut semakin memperindah suasana pantai.
Masih ada lagi obyek wisata lainnya di kawasan Cagar Alam
Morowali, yakni dua air terjun yang terletak di sebelah utara Danau Amba dan di
hulu Sungai Salato, sumber api di hulu Sungai Morowali, tiga batu tilam di hulu
Sungai Salato, Kayu Poly, dan di jalan antara Posangke Uewaju, serta gua
kapur/karst yang berada di dekat Desa Torongo (www.ditjenphka.go.id). Dengan sajian berbagai macam obyek wisata
yang dapat Anda kunjungi, bisa dipastikan petualangan Anda di Cagar Alam
Morowali akan berlangsung seru dan meninggalkan kesan yang mendalam.
Saya suka sekali postingannya. Keren!!!
BalasHapusKalau ke sulawesi tengah jangan lupa ke Benteng Fafontofure, ya!!!.